, Vietnam
287 views
Prasenjit Chakravarti (right) speaks with Tim Charlton, Editor-in-Chief of Charlton Media Group, in a fireside chat during the ABF Forum held in Bangkok, Vietnam last March 2024.

Prasenjit Chakravarti mengungkap strategi ESG Techcombank

Bank tersebut sedang mengubah infrastruktur IT untuk memproses data hijau lebih baik.

Ada banyak potensi keuntungan dalam ESG, tetapi masih banyak yang perlu dilakukan sebelum bank-bank besar di Vietnam seperti Techcombank dapat mengembangkan operasionalnya di sektor yang masih baru ini.

“Sejujurnya, ada banyak modal yang menunggu untuk dialokasikan ke ESG,” kata Prasenjit Chakravarti, Chief Strategy and Transformation Officer di Techcombank, kepada para hadirin Asian Banking & Finance Forum di Vietnam. Namun, dia juga mencatat perlunya menyelesaikan beberapa masalah terlebih dahulu.

“Kita perlu memiliki beberapa kebijakan struktural, misalnya taksonomi pembiayaan hijau, agar kita benar-benar bisa menerapkannya secara besar-besaran,” kata Chakravarti, seraya menambahkan bahwa bagi Techcombank, "ESG tidak terpisah dari strategi kami, kami memadukan ESG ke dalam strategi."

Meskipun begitu, Chakravarti tidak menutupi tantangan yang ada: Techcombank dan Vietnam baru memulai perjalanan mereka dalam ESG. “Kami bekerja sama dengan pemerintah dalam beberapa inisiatif untuk membantu mereka mendorong kebijakan yang tepat terkait refinancing, yang menurut saya akan sangat membantu dalam memajukan industri,” katanya.

ALSO READ: Banks grapple through era of disruption by being the disruptor

Membangun ke depan 

Meskipun masih banyak yang harus dilakukan untuk memperluas taksonomi dan kebijakan ESG, Techcombank sedang berupaya mempersiapkan diri menuju masa depan yang lebih hijau.

Sebagai langkah awal, bank ini memperhatikan lebih dekat orang-orang yang terlibat: nasabah, pemegang saham, dan karyawan. Techcombank mempekerjakan lebih dari 11.000 orang, dengan populasi yang sangat muda dengan rata-rata usia 30 tahun.

“Ini populasi yang sangat muda, kami memiliki 11.000 orang, dan mereka sangat antusias terhadap ESG. Jadi bagaimana kita memanfaatkan energi dan momentum itu untuk kebaikan bank sekaligus menghasilkan ide-ide bagus untuk klien kami?” kata Chakravarti, sembaru menekankan pentingnya melibatkan karyawan dalam perjalanan ESG Techcombank.

Dari sisi teknis, bank ini berinvestasi dalam waktu dan energi untuk mengubah arsitektur IT datanya agar dapat melacak dan mengelola berbagai data ESG. "Membangun kumpulan data ini, dalam banyak hal, sangat penting untuk meningkatkan cara kami membangun produk dan layanan baru untuk nasabah," tambahnya.

Mengenai sisi permintaan, Chakravarti menyatakan, "Kami melihat banyak permintaan dari investor asing dan institusi di sektor ini. Saya pikir ini hanya masalah waktu sebelum kami melakukan lebih banyak hal dengan permintaan tersebut, seiring dengan tersedianya beberapa faktor pendukung,” katanya.

ALSO READ: Empathy deficit erodes customers’ trust in banks

Apakah ESG sebuah kebutuhan?

Ada permintaan dari investor asing, namun bagaimana dengan  permintaan dalam negeri? Chakravarti menyimpulkan diskusi ini dengan mengatakan bahwa hal tersebut diserahkan kepada bank untuk menyediakan opsi bagi nasabah ritel.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa, secara umum, jika bank menawarkan produk perbankan ritel yang selaras dengan prinsip keberlanjutan ESG mereka, jenis layanan tersebut sangat diterima oleh nasabah," katanya, seraya menambahkan bahwa mereka "menemukan banyak keselarasan dalam topik ini dengan nasabah."

Chakravarti mencatat ada pertanyaan yang lebih baik untuk ditanyakan adalah apa yang dapat dilakukan bank seperti Techcombank untuk menyediakan solusi dan produk yang tepat yang memanfaatkan minat pada ESG, serta membuat produk dan layanan ESG lebih "nyata" bagi nasabah ritel pada umumnya.

Salah satu layanan ESG yang dapat ditawarkan oleh bank termasuk fitur tambahan pada kartu kredit yang membantu pengguna melacak jejak karbon mereka.

ALSO READ: Greenwashing in banking: real concern or overblown issue?

Techcombank sedang mengembangkan produk keuangan hijau untuk nasabahnya, seperti pinjaman kendaraan listrik (EV) dan produk yang membantu nasabah ritel melacak jejak karbon mereka.

"Apa yang benar-benar ingin kami lakukan adalah memiliki serangkaian produk pinjaman, deposito, dan investasi yang terhubung dengan ini, tetapi masih dalam tahap pengembangan," kata Chakravarti. Meskipun demikian, dia mengakui bahwa hingga saat ini, Techcombank lebih banyak berfokus pada sektor perbankan korporat.


 

Follow the link for more news on

BCA menjalankan komitmen terhadap keuangan berkelanjutan

Bank asal Indonesia ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan tata kelola dalam keputusan pemberian pinjaman.

Platform pembayaran PingPong memperoleh lisensi PJP di Indonesia

PingPong mengincar ekspansi ke pasar ekspor senilai $320 miliar di negara tersebut.

Margin yang lebih tinggi dan biaya operasional rendah mendukung pertumbuhan laba Bank Central Asia di kuartal II

Laba bersih bank di semester I tahun ini $1,65 miliar, 11% lebih tinggi dibandingkan semester I 2023.

BRI melaporkan laba sebesar $1,83 miliar (Rp29,9 triliun) pada kuartal II

Direktur Utama Sunarso menyanjung distribusi kredit dan DPK bank.

Pinjaman baru Indonesia meningkat pada kuartal kedua (Q2)

Penyaluran pinjaman baru diperkirakan akan terus tumbuh pada kuartal ketiga (Q3).

Nasabah privilege banking UOB Indonesia mendapat akses gratis ke lounge bandara

Nasabah dapat mendapatkan hingga 10 tiket masuk gratis setiap tahun.

Pemotongan suku bunga di paruh kedua 2024 kemungkinan akan meningkatkan pendapatan bank di Indonesia

Siklus pemotongan suku bunga sering kali mempercepat pendapatan bank.

Net interest margin (NIM) BRI diperkirakan turun 31bp di 2024

NIM diperkirakan akan pulih 25bp pada 2025.