, Singapore
485 views
Choo Wan Sim, Head of UOB TMRW Digital (Photo courtesy of UOB)

Choo Wan Sim dari UOB: Bankir perempuan membutuhkan work-life balance

Mantan pramugari yang kini memimpin divisi digital bank ini juga menekankan pentingnya peran mentor.

Memastikan karyawan dapat menyeimbangkan karier dan kehidupan keluarga adalah bentuk dukungan terbaik yang dapat diberikan bank untuk mendorong kemajuan karier perempuan, menurut seorang bankir senior dari United Overseas Bank Ltd. (UOB).

“Perempuan menjalankan banyak peran — sebagai istri, ibu, anak perempuan, saudara, sahabat,” kataChoo Wan Sim, kepala UOB TMRW Digital kepada Asian Banking & Finance. “Mereka memikul tanggung jawab untuk mengerjakan semuanya sendiri dan ingin menjalankan semuanya dengan baik.”

Di bank yang berbasis di Singapura ini, terdapat berbagai pengaturan kerja seperti jam kerja fleksibel dan sistem jam kerja yang disesuaikan. Seorang karyawan bisa menikmati waktu istirahat hingga dua jam dalam satu hari kerja setiap bulan tanpa perlu mengajukan cuti, serta dua kali jam kerja Jumat yang dipersingkat, jelasnya.

“Dengan tiga anak laki-laki dan keinginan untuk tidak melewatkan momen penting mereka, fleksibilitas seperti ini memungkinkan saya untuk sejenak meninggalkan pekerjaan, mengurus anak-anak, lalu segera kembali menyelesaikan apa yang harus saya kerjakan,” kata Choo dalam wawancara video.

Ia mengakui bahwa berbagai kebijakan suportif dan kehadiran mentor perempuan telah membantunya mencapai posisi puncak di divisi perbankan mobile UOB.

Hal-hal tersebut, ditambah dengan apa yang ia sebut sebagai “kebetulan-kebetulan kecil,” telah membawanya ke jalur karier sebagai seorang bankir, kata Choo, yang dulunya adalah seorang pramugari.

“Saya ingin melihat dunia,” katanya mengenai pilihan karier pertamanya. “Saya ingin merasakan hidup. Yang tidak saya tahu, namun akhirnya saya pelajari, adalah kerendahan hati. Beberapa tahun itu justru mengajarkan saya banyak hal tentang kerendahan hati dan nilai-nilai hidup yang terus saya pegang sampai sekarang.”

Choo mengatakan bahwa seorang pemimpin perempuan membantunya beralih ke industri asuransi.

“Setelah tiga tahun, saya merasa saatnya membalas jasa orang tua atas pendidikan yang mereka berikan. Dan saat itulah, seorang pemimpin perempuan memberi saya kesempatan untuk masuk ke industri asuransi,” katanya.

Tiga tahun kemudian, mentornya pindah ke industri perbankan, dan Choo pun mengikutinya.

Sejak saat itu, ia telah bekerja di berbagai segmen industri perbankan seperti pembayaran, kartu kredit, dan pinjaman tanpa agunan. Setelah sepuluh tahun, ia melamar untuk memimpin divisi perbankan digital UOB yang sepenuhnya berbasis mobile.

“Saya berpikir, kenapa tidak mencoba saja?”

Kini ia memimpin bisnis digital UOB di Singapura dan kawasan regional, membantu memperluas jaringan layanan digital dan mengalihkan transaksi offline ke online yangt mempermudah akses perbankan bagi nasabah.

Proyek terbarunya adalah rebranding produk multi-mata uang UOB dari Mighty FX menjadi FX+. Dalam proyek ini, Choo bekerja lintas tim, mulai dari kartu kredit, kekayaan (wealth), hingga treasury untuk memperluas manfaat produk di kartu debit.

Choo yakin bahwa produk tersebut, yang menawarkan keunggulan tanpa biaya transaksi valuta asing untuk belanja di luar negeri, tanpa markup dengan kurs transparan untuk 11 mata uang, serta cashback untuk penarikan uang di luar negeri dapat bersaing dengan produk fintech sejenis.

Namun, Choo mengakui perempuan masih harus menghadapi stereotip terkait peran dan kekuatan mereka.

“Kesalahpahaman ini kadang sudah muncul sejak masa pendidikan — ‘anak laki-laki lebih unggul di matematika dan sains, anak perempuan lebih kuat di bahasa dan ilmu sosial,’” kata dia.

Menurut Choo, industri perbankan telah mengambil langkah penting untuk mengatasi stereotip ini melalui berbagai inisiatif yang beragam dan inklusif, termasuk program mentorship.

“Hal yang menggembirakan adalah kini banyak perempuan sukses yang mengambil peran kepemimpinan penting di industri [perbankan dan teknologi],” katanya. “Kesadaran dan pentingnya keberagaman gender juga terus meningkat.”

Bank dan asuransi di Filipina didorong mengadopsi AI yang berpusat pada manusia

Adopsi AI seharusnya berfokus pada inklusi keuangan, pengalaman nasabah, dan personalisasi.

Choo Wan Sim dari UOB: Bankir perempuan membutuhkan work-life balance

Mantan pramugari yang kini memimpin divisi digital bank ini juga menekankan pentingnya peran mentor.

Gen Z membutuhkan informasi yang tepat dalam sekejap

AI dapat membantu tim pemasaran lembaga keuangan menyelesaikan tugas ini.

Bagaimana embedded finance dan AI membentuk ulang sektor keuangan Malaysia

Migrasi nilai ke pelaku non-bank dengan model yang “terfokus” semakin cepat.

Mewaspadai potensi gejolak di perbankan dari SWF Indonesia

Sebuah "pagar institusional" seharusnya melindungi fungsi dasar perbankan dari dana tersebut.

Pengawasan fintech akan diperketat usai kasus Chocolate Finance

Bank sentral mungkin akan memberlakukan persyaratan cadangan untuk memenuhi permintaan penarikan.

Bank sentral Filipina bersiap untuk transfer cross-border secara instan

Otoritas moneter di Asia bersiap meluncurkan Project Nexus ke pasar.

JuanHand mendorong layanan embedded lending lewat kolaborasi dengan e-commerce

Aplikasi pinjaman ini hanya memerlukan KTP, smartphone, dan koneksi internet.

Firma manajemen kekayaan membidik peluang dari ledakan startup di India

Kelompok ultra-kaya mulai melirik perusahaan kecil dan menengah.

Bank Sentral Filipina menyiapkan regulasi AI untuk sektor perbankan

AI tidak boleh mengurangi tanggung jawab bank dalam menjaga privasi data.