
Firma manajemen kekayaan membidik peluang dari ledakan startup di India
Kelompok ultra-kaya mulai melirik perusahaan kecil dan menengah.
Investor India, termasuk pemberi pinjaman swasta, semakin berani mengambil risiko pada perusahaan startup meskipun ada tekanan ekonomi global, dengan harapan mereka bisa menjadi unicorn berikutnya atau perusahaan berkapitalisasi besar di masa depan.
Budaya kewirausahaan telah mencengkeram dunia bisnis India, dan bersamaan dengan itu muncul peluang investasi melalui kredit swasta dan pendanaan tahap akhir, kata Nitin Rao, CEO InCred Wealth & Investment Services Private Limited kepada Asian Banking & Finance.
“Pasarnya kini sangat berbeda,” kata Rao, yang sebelumnya memimpin divisi private banking di HDFC Bank sebelum bergabung dengan perusahaan manajemen kekayaan yang berbasis di Mumbai melalui Zoom.
“Dulu, pasar didominasi oleh lembaga keuangan dan investor institusional,” katanya. “Sekarang, segmen high-net worth dan ultra-high net worth mulai mencari peluang private equity yang memberi mereka eksposur terhadap perusahaan kecil dan menengah.”
Rao memperkirakan aset kelolaan di sektor manajemen kekayaan akan terus tumbuh, didorong oleh pergeseran masyarakat yang mulai menginvestasikan tabungan mereka ke produk-produk keuangan seperti saham, reksa dana, dan obligasi alih-alih aset fisik seperti emas, properti, dan uang tunai.
“India dulunya merupakan ekonomi investasi berbasis properti, [tetapi] kini telah bergeser dari properti ke ekuitas,” katanya.
Rao mengatakan digitalisasi akan mendorong aktivitas manajemen kekayaan dan meningkatkan popularitas pemain manajemen kekayaan non-bank seperti InCred Wealth. “Berinvestasi kini menjadi sangat mudah,” katanya seraya mencatat media sosial turut membantu menyebarkan pengetahuan tentang investasi.
“Semua hal ini memastikan bahwa banyak dana dari berbagai segmen baik investor ritel, individu dengan kekayaan tinggi, maupun masyarakat umum mulai mengalir ke pasar saham,” tambahnya.
India kini memiliki ekosistem startup terbesar ketiga di dunia, dengan lebih dari 157.000 sertifikat startup yang diakui oleh Department for Promotion of Industry and Internal Trade per Desember 2024.
Dengan lebih dari 100 unicorn atau startup yang bernilai lebih dari USD1 miliar, para investor semakin ingin ikut ambil bagian dalam apa yang disebut Rao sebagai “peluang kewirausahaan” yang biasanya dihindari oleh bank. Di sinilah peran utang swasta (private debt) dan kredit swasta (private credit) menjadi penting.
Melalui kredit swasta, investor bisa mendapatkan eksposur terhadap perusahaan e-commerce, pembangkit listrik generasi baru atau bahkan bisnis kendaraan listrik.
Di awal tahun, fokus investasi mulai bergeser ke utang swasta, kata Rao.
“Orang-orang mulai melihat kembali alokasi hasil investasi dari instrumen utang,” katanya. “Investor kini lebih berhati-hati. Mereka ingin menikmati potensi keuntungan, tetapi juga ingin terlindungi dari potensi kerugian di sinilah produk-produk terstruktur, hedge fund, atau instrumen berbasis strategi opsi mulai diminati.”
Sementara itu, minat terhadap investasi berbasis environmental, social, and governance (ESG) di kalangan investor India masih tergolong rendah.
“Kami belum melihat fokus atau minat khusus terhadap investasi ESG di pasar secara umum,” kata Rao.
Namun, keluarga kaya yang anggotanya pernah tinggal di luar negeri atau menyekolahkan anaknya di luar negeri cenderung lebih tertarik pada investasi ESG, tambahnya.
Diversifikasi menjadi kunci bagi investor yang ingin mengelola dan mengalokasikan dananya secara efektif, kata Rao. Ia menyarankan untuk memulai dari skala kecil, misalnya, menempatkan 80% dana ke saham konvensional dan sisanya ke investasi tahap awal atau tahap akhir yang berisiko lebih tinggi.