, Hong Kong
519 views
Photo from KPay

Platform solusi pembayaran terpadu KPay mendorong pertumbuhan UKM

Setelah berekspansi ke Singapura, KPay bertujuan mendominasi kawasan APAC dan melayani lebih dari 1 juta merchant.

Dalam menghadapi dinamika baru e-commerce, bisnis dituntut mengadopsi strategi inovatif agar tetap kompetitif, sekaligus memenuhi permintaan industri dan ekspektasi konsumen yang terus berkembang. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya alat manajemen pembayaran yang efisien. Hal ini menyebabkan peningkatan upaya tenaga kerja dan biaya.

Untuk mematahkan siklus yang menghambat fokus bisnis pada pertumbuhan, startup paytech KPay menawarkan solusi pembayaran all-in-one bagi para merchant, yang terintegrasi dalam satu platform pintar.

“KPay bertujuan menjembatani kesenjangan antara teknologi dan pertumbuhan bisnis,” kata CEO dan Co-founder KPay, Davis Chan, kepada Singapore Business Review. “Kami berkomitmen menciptakan pendekatan yang lebih inklusif dan intuitif dalam menjalankan bisnis, yang memungkinkan merchant mencapai potensi maksimal mereka.”

“Kami ingin memberdayakan bisnis untuk beroperasi dengan mudah dan tanpa gangguan, sehingga mereka dapat sepenuhnya fokus pada pertumbuhan. Banyak merchant yang masih tertinggal dalam transformasi digital karena teknologi, terutama bagi UKM, terlalu kompleks dan mahal.”

Startup paytech ini meluncurkan bisnisnya tiga tahun lalu di Hong Kong, dan kemudian memperluas operasionalnya ke Singapura dan Jepang. Saat ini, KPay melayani lebih dari 33.000 merchant di Singapura dan Hong Kong, dengan tim yang beranggotakan lebih dari 300 karyawan.

“Dalam platform teknologi keuangan kami, kami tidak hanya menyediakan sistem pembayaran end-to-end, tetapi juga [layanan solusi SaaS lainnya] yang memungkinkan merchant kami mengakses alat bisnis yang terjangkau dan opsi pembiayaan yang disesuaikan,” tambahnya.

Dengan atar belakang kewirausahaan dan teknologi, para pendiri KPay memahami inovasi teknologi seperti apa yang benar-benar dibutuhkan oleh bisnis. “Sebenarnya, KPay adalah bisnis ketiga kami. Bisnis pertama kami adalah perusahaan integrasi sistem SI yang kami mulai pada 2009. Perusahaan itu masih beroperasi dengan tim manajemen profesional kami sejak 2015,” kata Chan.

Selama perjalanan kewirausahaan mereka, Chan dan mitra teknologinya telah bertemu banyak UKM yang membagikan permasalahan mereka.

“Kami menemukan bahwa [UKM] menginginkan layanan pembayaran yang lebih baik dan mereka kurang terlayani serta kurang memiliki daya tawar. [Selain itu,] mereka juga kekurangan sumber daya dalam hal transformasi digital. Mereka tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup dan pengetahuan teknologi yang memadai, sehingga mereka menginginkan komunitas profesional yang bisa membimbing mereka dalam tren pasar dan transformasi digital,” tambah Chan.

Dia menambahkan UKM juga menghadapi masalah arus kas karena mereka kekurangan opsi pembiayaan. “UKM tidak selalu bisa mendapatkan dana dari lembaga keuangan tradisional karena mereka tidak tahu cara membantu dalam penilaian pribadi, sehingga proses aplikasi selalu terlalu lama,” katanya.

Produk

Dengan memahami permasalahan yang dihadapi oleh UKM, KPay telah mengembangkan produk yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Selain produk utamanya, KPay, platform ini juga menawarkan KConnect dan KFund.

“KConnect adalah marketplace SaaS (Software as a Service) yang terintegrasi dengan berbagai jenis solusi SaaS di platform KPay kami. Kami telah mengintegrasikan lebih dari 90 mitra SaaS di platform ini, sehingga kami dapat menyesuaikan dan memilih solusi terbaik untuk berbagai jenis merchant serta memberikan saran agar mereka mengadopsi solusi yang tepat,” kata Chan.

Sebuah survei KPay menemukan bahwa UKM menghabiskan 45 menit setiap hari untuk rekonsiliasi pembayaran. Dengan solusi SaaS siap pakai dari KConnect, para pedagang dapat menghilangkan beban ini dan meningkatkan produktivitas.

Sementara itu, KFund memiliki data yang memungkinkan mitra pendanaan mereka mengakses informasi merchant secara menyeluruh dan membuat keputusan peminjaman yang tepat.

“[Produk lain kami,] KFund, adalah opsi pembiayaan untuk para merchant,” kata Chan, mencatat bahwa banyak UKM merasa kurang terlayani oleh lembaga keuangan tradisional.

Produk ini mengatasi kesenjangan data yang sering memperpanjang proses dan menyebabkan penolakan dari lembaga yang sudah mapan.

“Mereka (merchant) tidak tahu bagaimana menyediakan dokumen dan informasi untuk penilaian kredit. [Di platform KFund kami], kami memiliki pandangan 3D tentang merchany dan [kami] mengalokasikan banyak data alternatif merchant untuk menjembatani kesenjangan antara lembaga keuangan dengan mereka,” jelasnya.

Beragam solusi untuk merchant ini juga dirancang agar terjangkau. “Kami tidak menawarkan harga terendah di pasar, tetapi [kami menawarkan] harga yang kompetitif dengan struktur harga yang transparan. [Kami tidak memiliki] biaya tersembunyi seperti biaya bulanan, biaya tahunan, atau biaya aplikasi,” kata Chan.

Selain itu, KPay sangat berorientasi pada konsumen dan menawarkan dukungan pelanggan 365 hari setahun, menetapkan tolok ukur baru bagi industri, memastikan merchant menerima bantuan kapan pun dibutuhkan.

Ekspansi

Dalam lima tahun ke depan, tujuan KPay adalah mencapai lebih dari 1 juta merchant di kawasan Asia Pasifik, yang berarti mereka perlu memperluas pasar di luar Hong Kong dan Singapura.

Beberapa negara ideal yang sedang dipertimbangkan KPay untuk ekspansi termasuk Australia dan Timur Tengah, yang menurut Chan adalah “pasar yang cukup bagus.”

Selama tiga tahun terakhir, startup ini dibiayai sendiri, dan berhasil  mengumpulkan total lebih dari US$10 juta dalam bentuk ekuitas hingga saat ini.

“KPay telah mengumpulkan lebih dari US$10 juta modal ekuitas hingga saat ini, semuanya berasal dari modal internal atau [dari] teman dan keluarga. Berbeda dengan banyak perusahaan tahap pertumbuhan di kawasan, hingga saat ini, kami memilih untuk tidak melakukan penggalangan dana Seri A dari modal ventura atau dana ekuitas swasta institusional, karena kami merasa sangat efisien dalam penggunaan modal,” tegas Chan.

Chan menjelaskan bahwa dana tersebut  sebagian besar dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan serta upaya ekspansi. Namun, mengingat pertumbuhannya yang cepat dan jangkauannya yang semakin luas, KPay berencana menarik investor institusional untuk mendukung pengembangan dan skalabilitas yang berkelanjutan.

“Sebagai bisnis fintech yang masih muda, kami fokus pada rencana untuk memperluas jejak kami di kawasan Asia Pasifik. Inilah sebabnya kami baru-baru ini meluncurkan kantor kami di Singapura, dan kami terus menyambut investor yang sejalan dengan visi kami untuk bergabung dalam perjalanan ini,” kata Chan.

 

Follow the link for more news on

Pembekuan pendanaan menghantam penyedia layanan BNPL

Investor semakin sedikit mengalirkan dana ke penyedia layanan BNPL yang sudah menghadapi keuntungan margin yang tipis.

HSBC: Aliansi bank-fintech merupakan win-win

Pemberi pinjaman dapat belajar dari teknologi disruptif sambil membantu mereka mematuhi regulasi.

Tokenisasi aset perdagangan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan

Teknologi blockchain dapat mendesentralisasikan operasi keuangan dan mempermudah akses kredit.

BCA menjalankan komitmen terhadap keuangan berkelanjutan

Bank asal Indonesia ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan tata kelola dalam keputusan pemberian pinjaman.

Mengapa UNOBank mendorong embedded finance tumbuh di Filipina

Bagi UNOBank, banking interface terpadu adalah strategi pertumbuhan sekaligus upaya inklusi keuangan.

OCBC mencoba mengurangi kesenjangan manfaat bagi agen properti di Singapura

Produk terbarunya menawarkan manfaat finansial di bidang perbankan, asuransi, dan perdagangan.

Upaya Malaysia menjadi anggota BRICS untuk mendorong perombakan sistem perbankan

Namun, tantangan muncul ketika menjauh dari ketergantungan pada AS dan SWIFT.

Platform pembayaran PingPong memperoleh lisensi PJP di Indonesia

PingPong mengincar ekspansi ke pasar ekspor senilai $320 miliar di negara tersebut.

Merger dan penutupan mengancam 3.800 bank di area pedesaan Cina

Sekitar 70 bank di area tersebut telah merger sejak 2023.