, Singapore
724 views
Ashmita Acharya, head of Wealth and Personal Banking in Singapore, HSBC.

Bankir HSBC: Percayalah pada manusia, bukan hanya teknologi

Mengembangkan teknologi dan talenta harus berjalan beriringan, kata seorang bankir senior HSBC.

Bank-bank diimbau agar tidak terlalu terpaku pada teknologi terbaru yang sedang berkembang, tetapi lebih fokus pada pengembangan front dan back office serta talenta yang tepat. Hal ini disampaikan oleh seorang bankir HSBC kepada para peserta Asian Banking & Finance and Insurance Asia Summit 2024 di Singapura.

“Bank tidak bisa hanya memiliki aplikasi front dan end yang bagus bila mereka belum melalui perjalanan end-to-end. Dan jika bank belum melalui proses end-to-end tersebut maka mereka belum bisa memberikan pengalaman best-in-class kepada klien,” Ashmita Acharya, head of Wealth dan Personal Banking HSBC Singapura dalam sesi presentasinya kepada peserta forum di mana dia mendiskusikan cara untuk memperkuat proses dan talenta.

Diskusi ini penting di tengah munculnya teknologi baru dan optimisme akan kesempatan yang baru saat ini.

“Setiap hari akan ada teknologi, alat digital, dan data baru maupun hal-hal yang benar-benar baru. Sulit untuk terus mengikuti apa yang terjadi sekarang. Di dalam proses itu, kita sering kali lupa untuk tetap mengikuti pendekatan backend dan front-to-back,” katanya.

Acharya menekankan pentingnya memiliki pendekatan front-to-back dalam membuat model bisnis yang berskala.

Proses ini harus mempertimbangkan keberadaan manusia dalam bisnis yang tidak tergantikan, meskipun dengan munculnya AI generatif dan proses otomatisasi.

“Ketika kita berbicara tentang hyper-personalization, seberapa sering orang hanya mengonsumsi informasi melalui saluran digital? Tidak seperti itu. Mereka masih mencari keterlibatan hibrida. Mereka masih menginginkan sentuhan manusia untuk menyampaikan informasi dengan cara yang tepat,” kata  Acharya.

Acharya menegaskan perlunya menghadirkan "berbagai versi layanan klien" agar dapat menyampaikan informasi kepada semua klien dengan mempertimbangkan kebutuhan unik mereka.

Bagian dari memahami kebutuhan klien yang terus berubah adalah menyadari bahwa kebutuhan dan ekspektasi talenta juga telah mengalami transformasi.

“Talenta hari ini bukanlah talenta yang sama seperti dulu. Ketika saya masuk ke dunia perbankan 24 tahun lalu, kami bergabung karena perbankan menghasilkan banyak uang. Tapi itu bukan alasan orang bergabung dengan perbankan sekarang. Orang-orang melihat perbankan dengan cara yang sangat berbeda,” kata Acharya.

“Dulu, layanan keuangan menawarkan gaji yang jauh lebih tinggi. Sekarang, Gen Z dan milenial memiliki motivasi yang sangat berbeda. Membuat talenta muda tertarik menjadi bankir atau bankir pribadi sangatlah berbeda.  Kita harus membuat mereka begitu antusias, sehingga kita perlu memikirkan bagaimana menarik mereka serta membina talenta,” tambahnya.

HSBC telah meluncurkan program-program yang menargetkan talenta junior dengan pemahaman bahwa manajer produk di masa lalu bukanlah manajer produk di masa depan.

Sebagai contoh, generasi saat ini mungkin tidak membutuhkan banyak keahlian teknis yang bisa diselesaikan AI dengan lebih baik. Sebaliknya, keterampilan yang mereka butuhkan lebih pada bagaimana memanfaatkan AI dalam pekerjaan mereka serta memahami keberlanjutan.

“Kita perlu menemukan cara agar talenta tidak terjebak pada aspek pengalaman, melainkan benar-benar melihat sikap mereka dan bagaimana kita dapat membina talenta sepanjang perjalanan hidup mereka. Semakin serba bisa talenta tersebut, semakin baik mereka dalam menghadapi masa depan,” tambahnya.
 

Bank dan asuransi di Filipina didorong mengadopsi AI yang berpusat pada manusia

Adopsi AI seharusnya berfokus pada inklusi keuangan, pengalaman nasabah, dan personalisasi.

Choo Wan Sim dari UOB: Bankir perempuan membutuhkan work-life balance

Mantan pramugari yang kini memimpin divisi digital bank ini juga menekankan pentingnya peran mentor.

Gen Z membutuhkan informasi yang tepat dalam sekejap

AI dapat membantu tim pemasaran lembaga keuangan menyelesaikan tugas ini.

Bagaimana embedded finance dan AI membentuk ulang sektor keuangan Malaysia

Migrasi nilai ke pelaku non-bank dengan model yang “terfokus” semakin cepat.

Mewaspadai potensi gejolak di perbankan dari SWF Indonesia

Sebuah "pagar institusional" seharusnya melindungi fungsi dasar perbankan dari dana tersebut.

Pengawasan fintech akan diperketat usai kasus Chocolate Finance

Bank sentral mungkin akan memberlakukan persyaratan cadangan untuk memenuhi permintaan penarikan.

Bank sentral Filipina bersiap untuk transfer cross-border secara instan

Otoritas moneter di Asia bersiap meluncurkan Project Nexus ke pasar.

JuanHand mendorong layanan embedded lending lewat kolaborasi dengan e-commerce

Aplikasi pinjaman ini hanya memerlukan KTP, smartphone, dan koneksi internet.

Firma manajemen kekayaan membidik peluang dari ledakan startup di India

Kelompok ultra-kaya mulai melirik perusahaan kecil dan menengah.

Bank Sentral Filipina menyiapkan regulasi AI untuk sektor perbankan

AI tidak boleh mengurangi tanggung jawab bank dalam menjaga privasi data.