, Indonesia
399 views

Indonesia mendapatkan pinjaman US$150 juta dari ADB untuk pembangunan berkelanjutan

Indonesia memiliki kesenjangan pembiayaan infrastruktur tahunan sekitar US$51 miliar.

Asian Development Bank (ADB) telah menyetujui pinjaman tahap pertama senilai US$150 juta bekerja sama dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) untuk merumuskan dan merancang the Sustainable Development Goals Indonesia One–Green Finance Facility (SIO-GFF).

“SIO-GFF menyediakan dana untuk subproyek yang memenuhi aspek hijau, financial bankability, dan peningkatan target dengan tujuan mengkatalisasi dana dari sumber swasta, institusi, dan komersial,” kata Jiro Tominaga, Country Director ADB untuk Indonesia kepada Asian Banking and Finance .

Sub-proyek ini mencakup antara lain pasokan air, energi terbarukan, pengelolaan limbah, transportasi perkotaan yang berkelanjutan.

Tominaga mengatakan tantangan utama pemulihan hijau di Indonesia adalah skala pembiayaan yang dibutuhkan. “Masih ada kesenjangan pembiayaan infrastruktur tahunan sekitar US$51 miliar dengan rata-rata kebutuhan pembiayaan infrastruktur tahunan Indonesia mencapai US$74 miliar selama periode 2016-2020.”

Tominaga menambahkan bahwa teknologi yang diperlukan dan arus masuk modal dari sumber komersial tidak tersedia, karena persepsi risiko dari proyek-proyek yang mendasarinya telah memburuk pada proyeksi pendapatannya karena dampak pandemi.

Selain itu, kurangnya proyek infrastruktur hijau yang bankable, yaitu proyek hijau dengan arus kas yang memenuhi rasio minimum cakupan layanan utang, dan terbatasnya kapasitas sponsor proyek dan pemberi pinjaman di Indonesia untuk mengembangkan solusi keuangan inovatif untuk mitigasi risiko proyek yang lebih baik.

Untuk membantu menjawab tantangan di atas, proyek SIO-GFF akan melakukan katalisasi keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia pasca COVID-19 dengan fokus pada infrastruktur berkelanjutan, crowding in capital, dan penciptaan lapangan kerja.

SIO-GFF akan membiayai sub-proyek menggunakan kriteria kelayakan sub-proyek dan sub-peminjam yang telah ditentukan sebelumnya, melalui dua jendela khusus: (i) Jendela Hijau, dan (ii) SDGs untuk Jendela Pemulihan COVID-19 yang Mendesak. Jendela Hijau akan mendukung subproyek hijau dengan menggunakan setidaknya 70% dari hasil pinjaman ADB untuk membiayai subproyek, dan SDGs untuk Jendela Pemulihan COVID-19 yang Mendesak akan menggunakan maksimum 30% dari hasil pinjaman ADB untuk membiayai subproyek yang berdampak pada SDGs.

Follow the link for more news on

Pembekuan pendanaan menghantam penyedia layanan BNPL

Investor semakin sedikit mengalirkan dana ke penyedia layanan BNPL yang sudah menghadapi keuntungan margin yang tipis.

HSBC: Aliansi bank-fintech merupakan win-win

Pemberi pinjaman dapat belajar dari teknologi disruptif sambil membantu mereka mematuhi regulasi.

Tokenisasi aset perdagangan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan

Teknologi blockchain dapat mendesentralisasikan operasi keuangan dan mempermudah akses kredit.

BCA menjalankan komitmen terhadap keuangan berkelanjutan

Bank asal Indonesia ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan tata kelola dalam keputusan pemberian pinjaman.

Mengapa UNOBank mendorong embedded finance tumbuh di Filipina

Bagi UNOBank, banking interface terpadu adalah strategi pertumbuhan sekaligus upaya inklusi keuangan.

OCBC mencoba mengurangi kesenjangan manfaat bagi agen properti di Singapura

Produk terbarunya menawarkan manfaat finansial di bidang perbankan, asuransi, dan perdagangan.

Upaya Malaysia menjadi anggota BRICS untuk mendorong perombakan sistem perbankan

Namun, tantangan muncul ketika menjauh dari ketergantungan pada AS dan SWIFT.

Platform pembayaran PingPong memperoleh lisensi PJP di Indonesia

PingPong mengincar ekspansi ke pasar ekspor senilai $320 miliar di negara tersebut.

Merger dan penutupan mengancam 3.800 bank di area pedesaan Cina

Sekitar 70 bank di area tersebut telah merger sejak 2023.