Bank-bank Syariah berjuang menghadapi kelangkaan SDM yang kompeten dalam bidang syariah
Strategi pengembangan talenta apa yang mungkin berhasil?
Para bankir mengatakan ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan talenta dalam industri perbankan syariah adalah karakteristik awal mula sebuah industri. Pasokan talenta telah berupaya untuk mengikuti pertumbuhan industri yang mendadak dalam dekade terakhir.
ABF: Apa pendapat Anda tentang masalah kurangnya sumber daya manusia di industri perbankan syariah? Apa yang bisa menjadi alasan di balik dilema ini dan apa solusi yang memungkinkan?
Mohamad Safri Shahul Hamid, Senior Managing Director and Deputy CEO, CIMB Islamic
Pengembangan sumber daya manusia perlu untuk menjadi komprehensif dan holistik dalam memenuhi persyaratan untuk semua tingkatan. Cakupan solusi pengembangan talenta harus diperluas untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan talenta dengan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk industri.
Hal itu juga harus memenuhi persyaratan khusus dari kemajuan karir tenaga kerja, dari tahap pra-kerja, selama kerja, dan sampai dengan posisi kepemimpinan.
Talent development solutions dapat melampaui lingkaran komunitas layanan keuangan, termasuk komunitas bisnis lain, seperti legal fraternity, pejabat pemerintah, dan penyedia solusi TI. Kemajuan industri juga bergantung pada bagian-bagian ini dari sektor swasta dan publik. Kebutuhan pelatihan mereka juga harus dipenuhi melalui program pelatihan terstruktur untuk memfasilitasi pemahaman mereka tentang spesifikasi Islamic finance dan proposisi nilainya.
Malaysia adalah salah satu contoh utama dalam memimpin ‘talent’ charge. Hal ini telah memuncak dalam lingkungan keuangan Islam yang berkembang, dengan banyak lembaga yang melayani berbagai kebutuhan industri.
Lembaga-lembaga ini, seperti International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF) dan International Shariah Research Academy for Islamic Finance (ISRA) mendapatkan pengakuan dunia dalam menghasilkan talenta dan kebutuhan penelitian untuk mendukung pertumbuhan industri yang dinamis.
Dalam menerapkan strategi pengembangan talenta, visi yang bergerak maju untuk pengembangan sumber daya manusia dalam keuangan Islam adalah untuk memastikan aliran talenta yang kompeten dan serbaguna untuk mendukung inovasi dan dinamisme yang lebih besar dari industri keuangan Islam.
Hal ini akan membutuhkan pendekatan yang komprehensif, memenuhi standar tertinggi, dan kerja sama dibilang erat dengan industri sehingga solusi pembelajaran akan terus relevan.
Puan Fozia Amanullah, Chief Executive Officer Alliance Islamic Bank Berhad
Dalam pandangan saya, ketidaksesuaian antara pasokan talenta dan persyaratan talenta dari sektor keuangan dengan pertumbuhan tinggi ini sebenarnya merupakan karakteristik dari kelahiran industri. Meskipun perbankan Islam modern memiliki asal-usulnya sekitar 40 tahun yang lalu, pertumbuhannya hanya benar-benar dipercepat dalam dekade terakhir.
Seiring pertumbuhan industri, pasokan talenta untuk industri ini berupaya untuk mengimbanginya. Sementara, kesenjangan talenta dalam manajemen sebagian besar telah diisi oleh para profesional bank konvensional yang “dikonversi”. Hal ini jauh lebih sulit untuk memenuhi permintaan akan para profesional dan pakar Syariah. Ini tentu saja telah menaikkan biaya para talenta Syariah ini.
Pada saat yang sama, industri harus bersaing dengan profesional perbankan Islam yang kurang mendalami Syariah, dan profesional Syariah yang tidak mahir dalam high finance –Ini adalah situasi kompromi yang telah menyebabkan berbagai kebingungan intelektual di industri dan tentu saja menciptakan hambatan pada potensi pertumbuhan industri ini.
Hal ini tidak dapat diatasi secara efektif hanya dengan mengirimkan para profesional ini ke satu atau dua seminar untuk mempelajari materi pelajaran yang tidak mereka kenal. Di sisi lain, untuk memungkinkan pendidikan melalui osmosis atau on-the-job training berarti membutuhkan persiapan yang lebih lama menuju penguasaan (dengan biaya trial-and-error yang tak terhindarkan yang perlu ditanggung).
Jadi, masalah ini membutuhkan pendekatan yang lebih terstruktur untuk membangun feeder education system untuk industri. Perlu ada kolaborasi yang lebih besar antara akademisi dan industri untuk menentukan jenis penelitian dan kurikulum yang akan menghasilkan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan industri.
Asosiasi profesional untuk bankir Islam dan ahli Syariah perlu dibentuk dengan sistem sertifikasi dalam mendorong pengembangan profesional berkelanjutan di industri. Manajer sumber daya manusia bank syariah juga perlu mendefinisikan dan menegakkan persyaratan kompetensi teknis khusus untuk bankir syariah.
Sementara industri masih jauh dari mencapai keseimbangan antara penawaran dan permintaan talenta. Upaya untuk mencapai tujuan ini telah dilakukan dengan pembentukan lembaga khusus seperti International Centre for Education in Islamic Finance (INCEIF) dan berbagai fakultas perbankan Islam di perguruan tinggi.
Mungkin perlu beberapa tahun lagi, bahkan mungkin puluhan tahun, sampai situasinya diperbaiki. Dengan demikian, pasokan berkelanjutan dari praktisi perbankan dengan pemahaman yang mendalam tentang Syariah (yakni bankir Islam yang “lengkap”) harus tetap menjadi fokus berkelanjutan regulator dan pelaku industri.