
Biometrik vs deepfake: cara kita membayar di 2025
Biometrik, passkey, dan aliran data yang lebih baik akan membentuk sektor pembayaran global.
Biometrik, standar data baru, dan meningkatnya kejahatan berbasis AI seperti deepfake dan voice cloning merupakan beberapa tren utama yang perlu dicermati dalam industri pembayaran tahun ini, menurut para analis.
Satu standar global baru untuk pertukaran data elektronik antar lembaga keuangan merupakan perubahan terbesar dalam industri pembayaran. Mulai November 2025, lembaga keuangan di seluruh dunia harus menggunakan satu format file tunggal untuk pengiriman pesan.
“Penggunaan format data yang seragam akan meningkatkan efisiensi, menyederhanakan proses, dan mempermudah transaksi lintas batas,” kata Vijay Nagarajan, Direktur Bidang Pembayaran di perusahaan data dan analitik LexisNexis Risk Solutions kepada Asian Banking & Finance.
#1: ISO 20022
Meskipun ISO 20022 memperkenalkan standarisasi, standar ini tidak akan sepenuhnya menyelesaikan semua masalah dalam pembayaran lintas negara dan pengiriman uang, kata Nagarajan melalui email. Ia memperkirakan industri pembayaran masih akan terus menghadapi tantangan berupa meningkatnya biaya transaksi, kegagalan pembayaran, dan keterlambatan.
Satu pembayaran yang gagal memakan biaya sekitar US$12,10 per transaksi, menurut laporan LexisNexis pada 2023.
ISO 20022 akan memperbaiki aliran data melalui kerangka kerja terpadu antar sistem, menurut Maxim Neshcheret, Direktur Regional Asia-Pasifik dari penyedia solusi pembayaran asal Stockholm, CMA Small Systems AB. Hal ini tidak hanya akan mengatasi masalah integrasi, tetapi juga memungkinkan pengumpulan data yang lebih terstruktur, tambahnya.
“Perusahaan harus memprioritaskan penerapan sistem pembayaran berbasis ISO 20022, standarisasi proses, optimalisasi straight-through processing, dan memastikan kepatuhan saat melakukan onboarding mitra vendor,” kata Nagarajan. “Upaya-upaya ini akan meminimalkan gesekan dan secara signifikan meningkatkan keberhasilan pembayaran.”
#2: Identitas digital dan deep learning
Dunia kata sandi, pertanyaan keamanan, bahkan nomor kartu akan semakin menjadi masa lalu karena perusahaan beralih ke biometrik.
“Sekarang dan di masa depan, proses autentikasi akan semakin mengandalkan kredensial yang sangat aman yaitu wajah, sidik jari, dan biometrik lainnya,” kata TR Ramachandran, Head Product dan Solution untuk Asia-Pasifik di Visa.
“Perubahan ini akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan, serta mengurangi ketergantungan pada PIN dan kata sandi tradisional,” tambahnya dalam email.
Passkey — metode autentikasi tanpa kata sandi yang menggunakan biometrik — diperkirakan akan semakin populer pada 2025, menurut laporan Mastercard pada Januari 2025.
Ramachandran memperkirakan algoritma deep learning akan semakin canggih dalam menganalisis pola transaksi dan mengidentifikasi risiko secara waktu nyata. Visa, misalnya, memiliki solusi AI yang menilai lembaga keuangan berdasarkan hingga 500 faktor risiko.
#3: Embedded finance
Embedded finance di mana produk dan layanan keuangan pihak ketiga diintegrasikan dalam platform digital non-keuangan —akan semakin menyatu dalam ekosistem merchant pada 2025, kata Ramachandran. “Kami juga melihat peningkatan pada produk pinjaman embedded finance dan solusi pembayaran berlabel putih (white-label).”
Solusi seperti buy now, pay later dan asuransi produk juga menawarkan opsi pembayaran yang lebih fleksibel bagi nasabah.
“Jika dilakukan dengan benar, ini adalah kemenangan empat arah yaitu penyedia memperoleh distribusi berbiaya rendah; enabler menjawab permintaan akan kesederhanaan dan kenyamanan; distributor meningkatkan keterlibatan platform; dan yang terpenting, end user memperoleh layanan keuangan yang kontekstual dalam satu tempat,” kata Ramachandran.
#4: Penanganan penipuan otomatis
Otoritas keuangan diperkirakan akan memusatkan upaya anti-fraud mereka melalui pusat penanganan fraud.
Bank sentral Malaysia, misalnya, telah meluncurkan portal nasional penipuan untuk pemulihan dana dan menetapkan tolok ukur bagi proyek serupa. Kazakhstan memiliki Pusat Anti-Fraud sendiri yang telah mencegah hampir US$2 juta transaksi penipuan.
Pusat-pusat ini menggunakan AI dan machine learning untuk mendeteksi pola penipuan secara real time dan menyederhanakan proses penanganan laporan fraud, kata Neshcheret.
#5: Serangan berbasis AI
Seiring lembaga keuangan dan sistem pembayaran semakin banyak menggunakan AI, para pelaku kejahatan pun demikian.
“Serangan berbasis AI seperti deepfake dan upaya canggih untuk menembus sistem FaceID terus berkembang, menciptakan serangan yang semakin meyakinkan,” kata Jan Sysmans, head marketing untuk Asia-Pasifik dan Jepang di penyedia keamanan aplikasi mobile Appdome, Inc. kepada Asian Banking & Finance melalui email.
Pertahanan dasar berbasis data dan kode, serta perlindungan terhadap jailbreak, rooting, dan serangan man-in-the-middle sudah tidak cukup lagi menghadapi ancaman ini, katanya.
Agar tetap unggul, industri pembayaran perlu menggunakan strategi keamanan yang melampaui perlindungan aplikasi saat dijalankan (runtime application self-protection), yang berfungsi memantau dan memblokir serangan siber secara real time, tambahnya.
#6: Koneksi pembayaran lintas negara
Negara-negara Asia Tenggara diperkirakan akan memimpin pengembangan sistem pembayaran lintas batas dan real time pada tahun ini.
Salah satunya adalah koneksi antara PromptPay dari Thailand dan PayNow dari Singapura, yang memungkinkan transaksi lancar antar keduanya, kata Hanspeter Jsler, pakar pembayaran digital di perusahaan teknologi keamanan Jerman, Giesecke+Devrient di Singapura.
“Dalam inisiatif yang lebih luas, bank sentral India, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina tengah bekerja sama untuk membangun platform pembayaran ritel lintas batas secara instan pada 2026,” katanya.
Ada pula proyek NEXUS yang akan dimulai tahun ini dan merupakan langkah penting dalam meningkatkan konektivitas antarnegara. Proyek ini melibatkan India, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Indonesia, dan diharapkan menciptakan platform pembayaran ritel lintas negara secara instan pada 2026.
#7: Click to pay dan stablecoin
Solusi pembayaran e-checkout akan semakin berkembang dalam belanja daring, kata Jsler.
“Teknologi seperti Click to Pay muncul sebagai solusi atas tantangan ini, menawarkan pengalaman e-checkout yang konsisten, aman, dan ramah pengguna lintas perangkat, kanal, dan kartu pembayaran,” jelasnya.
Click to Pay dapat membantu mengurangi pengabaian keranjang belanja akibat kekhawatiran terhadap keamanan dan kenyamanan. Stablecoin juga berpeluang berkembang pada 2025 di tengah perubahan regulasi global.
“Dengan diberlakukannya MiCA di Eropa dan kerangka regulasi yang diperkirakan muncul di AS, stablecoin diperkirakan akan mendapat penerimaan yang lebih luas,” kata Neshcheret.
#8: Data alternatif
Sistem pembayaran akan semakin menggunakan data alternatif untuk mengisi celah dalam sistem kredit tradisional, menurut Carey Anderson, CEO dari perusahaan analitik AI asal New Jersey, 1datapipe.
Data alternatif mencakup wawasan gaya hidup berbasis lokasi, perilaku transaksi, dan riwayat pembayaran utilitas.
“Sumber data ini memungkinkan model AI canggih mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh sistem kredit tradisional, menciptakan peluang bagi pekerja informal dan pelaku usaha kecil untuk mengakses layanan keuangan,” kata Anderson dalam email.
Model AI menganalisis data alternatif untuk memperkirakan pendapatan pekerja informal dan gig worker, memberikan dasar yang lebih adil dan akurat untuk penilaian kredit dan solusi pembayaran, tambahnya.